If Indonesian Can Nepal Too - Go Parlement | Portal Berita

If Indonesian Can Nepal Too

Minggu, September 14, 2025



Oleh : Kurniawan

(Anggota DPRD Periode 2009-2014)


GOPARLEMENT.COM- Kemarin, ketika mendapat berita kerusuhan di Nepal yang menyasar Pejabat. Baik legislatif maupun eksekutif, penjarahan, pembakaran rumah. Batin saya bereaksi pertama kali : jangan - jangan ini meniru kejadian di Negara kita? Sebab polanya mirip, dipicu kebijakan yang tidak pro rakyat, kemewahan hidup para pejabat di tengah kemelaratan rakyat.


Siangnya terkonfirmasi, postingan seorang rekan di FB. Memajang gambar sekelompok orang emosi, dibagi dua bidang, sebelah kanan gambar orang Nepal jelas terlihat dari rautnya ditambah latar api membakar, di atasnya bendera Nepal. Sebaliknya gambar serupa dengan raut Indonesia, di atasnya bendera Indonesia. Paling menonjol tulisan paling atas : If Indonesian can Nepal too.


Asli terkonfirmasi, demo rusuh di Indonesia menjadi inspirasi bagi mereka. Dan jamaknya inspirasi, aplikasi ikutannya jauh lebih berkembang. Jika di Indonesia penjarahan selektif, hanya menyasar rumah - rumah pejabat yang "sangat menonjol" blundernya. Di Nepal, menyasar sembarang pejabat, selain yang menonjol tadi tentunya.


Jauh lebih tragis, jika di tempat asal inspirasinya, Indonesia. Penjarahan hanya melanda rumah dan harta benda sang pejabat. Di Nepal dikembangkan dengan cara yang lebih brutal, disamping rumah dan hartanya di jarah dan dibakar. Pejabatnya sendiri di persekusi di hadapan anak dan istrinya. Bahkan Istri mantan Perdana Menterinya dibakar hidup - hidup.


Dengan tubuh berlumuran darah, para pejabat itu di giring ke Sungai, Siring atau Selokan besar, dicampakkan ke badan sungai, disuruh berjalan di tengah air. Dilempari batu dan diteriaki caci maki, dari bantaran. Luar biasa sadis dan mengerikan imajinasi orang Nepal, ketika "menterjemahkan dan menyempurnakan" inspirasi yang mereka dapat dari kita.


Mengapa intensitasnya menjadi berat seperti itu? Hemat saya, karena Nepal jauh lebih kecil dari Indonesia. Perbandingannya lebih 10 kali lipat. Rincinya ; luas Indonesia 1.811.570 Km² sedangkan Nepal cuma 143.350 Km². Jumlah penduduk Indonesia 285,7 juta jiwa, sedangkan Nepal 29,6 juta jiwa. Indonesia terbagi menjadi 38 Propinsi, Napal hanya 7 Propinsi. 


Faktor penekan dominannya disini : pada faktor kepadatan penduduknya, Indonesia  sekalipun hampir 9,7 kali lebih banyak penduduknya dari Nepal. Namun karena luasnya yang hampir 13 kalinya, menyebabkan Nepal jauh lebih padat sebaran penduduknya. Kepadatan penduduk Nepal 207 jiwa / Km²,  jauh meninggalkan Indonesia yang hanya 158 jiwa / Km².


Ditambah lagi, Indonesia negara kepulauan. Nepal justru negara pegunungan dengan tidak ada sama sekali garis pantanya. Bahkan Himalaya, sebagai salah satu gunung terbesar dan tertinggi di dunia disana lah letaknya. Negara ini berdasarkan kondisi geografisnya di juluki : negara pegunungan yang terkurung daratan ( landlocked country ).


Bisa dibayangkan, cuaca dingin menusuk,  sejauh mata memandang gunung batu berselimut salju. Di kota berdesakan, kemiskinan ekstrim terhampar di depan mata. Para pejabat flexing kemewahan, entah dari hasil korupsi karena koruptor merajalela. Wajar saja aktualisasi kemarahan intensitasnya begitu tinggi, lebih "maju dan kreatif" dari inspiratornya. Pergerakan demo dan perusuh menjadi leluasa, tanpa harus menempuh jarak dan menyeberangi lautan untuk segera melingkupi seluruh negeri.


Kita tinggalkan Nepal, karena tidak banyak pula yang bisa kita lakukan untuk mereka. Hanya lebih bisa dengan doa, agar kerusuhan juga cepat reda. Apalagi berita pagi ini, besar kemungkinan pemerintahan diambil alih ketua MA dengan backup militer. Presiden, Perdana Menteri sudah mengungsi. 


Kita kembali ke diri kita bangsa Indonesia yang menjadi inspirasi gerakan mereka, if Indonesian Can Nepal too. Kita teropong dari sisi agama Islam, sebab Indonesia dan Nepal yang hampir sama dari perbandingan, ya dari sisi Agama. Nepal 87% Hindu dan Indonesia 81% Islam. Dalam Islam ada patron, sebuah hadist :..Barang siapa melakukan Sunnah kebaikan ( cara baru kebaikan ), maka baginya pahala dan pahala dari orang yang mencontohnya, tanpa mengurangi pahala orang yang mencontoh amal baik itu. Sebaliknya jika mencontohkan keburukan, mendapatkan dosa dan dosa orang yang mencontoh...dengan redaksi yang hampir sama.


Terutama dari sisi penjarahan, apapun alasannya tetap tidak dapat dibenarkan. Sebab harta itu memang bukan haknya. Terbukti jika memang pelaku tindak kejahatan, tanpa ada momen demonstrasi dan kerusuhan juga biasa menjarah, maling, mencuri. Apalagi ada momen dan apalagi kalau memang di gerakkan, seperti yang di sinyalir sebagian kalangan, terutama aparat.


Terbukti pula kebalikannya, bagi yang ikut - ikutan saja, terprovokasi suasana, ikut menjarah. Padahal aslinya orang baik, pada akhirnya pada mengembalikan hasil jarahan. Menyesal dan memohon maaf. Hati nurani kembali menempati tempatnya, perasaan berdosa telah mengambil barang orang lain adalah kesalahan yang sudah terlakukan dan membebani jiwa.


Kita cuma takut jika ini menjadi rule models demo ke seluruh dunia. Akankah kita menanggung juga dosanya? Syukur kalau tidak. Yang sudah menjadi hikmah adalah para pejabat itu, sudah lebih mawas diri. Mundurnya Rahayu Saraswati dari keanggotaan DPR menjadi contoh bagaimana sensitivitas dan kepekaan itu bagi sebagian pejabat begitu terasah dengan kejadian itu.


Semoga kedepannya pejabat seperti Rahayu Saraswati, Gus Mifhtah semakin banyak, terpeleset sedikit saja, memantik sorotan publik,  mundur saja. Dan orang seperti anak Menteri yang baru, yang sombong itu, tidak lagi terlahir. Ekonomi kita makin baik dengan peralihan arahnya bisa berjalan sukses dan cepat. Seperti DPR RI yang telah menyesuaikan tunjangannya sesuai tuntutan masyarakat, juga harusnya diikuti DPRD Propinsi dan Kabupaten - Kota. Kita anggap kerusuhan kemarin azab, bukan model untuk dikembangkan. Wallahu a'lam.


#Ce | Penulis Kurniawan: Anggota DPRD Anggota DPRD Periode 2009-2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JMSI

Pages

SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS