Permendikdasmen 13/2025 Resmi Berlaku: Pendidikan RI Sambut Koding dan AI, Tinggalkan "Profil Pancasila" - Go Parlement | Portal Berita

Permendikdasmen 13/2025 Resmi Berlaku: Pendidikan RI Sambut Koding dan AI, Tinggalkan "Profil Pancasila"

Selasa, Juli 22, 2025

 



Jakarta,GP-  Dunia kembali berbenah. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) resmi mengumumkan diberlakukannya Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025 pada Selasa, 15 Juli 2025 lalu. Regulasi anyar ini langsung menarik perhatian karena membawa delapan perubahan krusial pada kurikulum jenjang pendidikan dasar hingga menengah—termasuk kehadiran mata pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (AI) yang siap diajarkan mulai tahun ajaran 2025-2026.


Namun, di balik sorotan positif soal AI dan koding, muncul juga tanda tanya besar: ke mana arah kurikulum Indonesia setelah “Profil Pelajar Pancasila” dihapus dari sejumlah pasal penting?


Transformasi Kurikulum atau Pergeseran Arah Pendidikan?


Permendikdasmen 13/2025 lahir sebagai revisi sebagian terhadap Permendikbudristek 12/2024, yang sebelumnya menjadi rujukan utama pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Namun alih-alih merombak seluruh struktur, aturan terbaru ini hanya memuat dua pasal saja—tapi dengan efek yang signifikan.


Dalam Pasal I, pemerintah menghapus referensi terhadap “projek penguatan profil pelajar Pancasila” dalam berbagai aspek kurikulum, mulai dari kegiatan kokurikuler, beban belajar, hingga kompetensi murid. Sebagai gantinya, dimunculkan pendekatan pembelajaran lintas disiplin, gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, serta penekanan pada pembelajaran mendalam (deep learning).


Langkah ini memicu perdebatan: apakah perubahan tersebut bentuk inovasi yang menyegarkan, atau sinyal pergeseran filosofi pendidikan nasional?


“Kami menyambut positif hadirnya deep learning dan koding, tapi jangan sampai nilai-nilai karakter dan kebangsaan seperti Pancasila menjadi kabur atau sekadar tempelan,” ujar Dr. Heryadi, pemerhati pendidikan dari Universitas Negeri Yogyakarta.


Koding & AI Masuk Sekolah: Terobosan atau Tantangan Baru?


Salah satu gebrakan terbesar dari Permendikdasmen 13/2025 adalah penambahan Pasal 32A, yang menyatakan bahwa mata pelajaran pilihan Koding dan AI akan dimulai secara bertahap di jenjang SD hingga SMA mulai tahun ajaran 2025-2026.


Koding dan AI akan dikenalkan mulai dari:


“Kelas 5 SD, Kelas 7 SMP, Kelas 10 SMA”.


Langkah ini dianggap sebagai penyesuaian penting menghadapi era digital. Namun tantangan besar juga muncul, terutama soal kesiapan guru, infrastruktur, dan ketimpangan daerah.


“Di kota mungkin mudah, tapi bagaimana dengan SD di pelosok Papua atau pedalaman Kalimantan yang listrik saja kadang padam?” kata Diah Andika, guru SD negeri di Maluku Tenggara.


Selain kokurikuler, perubahan juga menyentuh aktivitas ekstrakurikuler. Kini, semua satuan pendidikan termasuk PAUD dan pendidikan kesetaraan wajib menyelenggarakan ekstrakurikuler minimal berupa kepramukaan. Hal ini tertuang dalam pasal tambahan di Pasal 22.


Di sisi lain, Permendikdasmen juga mengatur penyederhanaan beban belajar kokurikuler, yang kini tidak lagi mengacu pada projek profil pelajar Pancasila. Alokasi waktu dirampingkan, dengan harapan guru dan siswa tidak terlalu terbebani secara administratif.


Namun, sejumlah guru merasa kebijakan ini belum cukup jelas.


“Yang hilang bukan cuma Pancasila-nya, tapi arah dan semangatnya jadi bias. Apalagi kokurikuler disederhanakan tanpa kejelasan metode penggantinya,” ujar Lilis Sari, guru SMP di Bandung.


Kemendikdasmen menegaskan bahwa tidak ada kurikulum baru. Kurikulum 2013 (K13) dan Kurikulum Merdeka masih tetap digunakan hingga saat ini. Daerah 3T pun masih diperbolehkan memakai K13 hingga tahun ajaran 2026-2027.


Namun, perubahan konten dan metode pengajaran di Permendikdasmen 13/2025 dinilai membuat “rasa kurikulumnya berubah”, meski nama tetap sama.


“Ini seperti ganti isi tapi tetap pakai bungkus lama,” kritik seorang kepala sekolah SMA swasta di Yogyakarta.


Permendikdasmen 13/2025 menandai langkah progresif menuju pendidikan berbasis digital dan kolaboratif. Koding dan AI adalah kebutuhan masa depan. Namun, mengubah arah tanpa fondasi yang kuat bisa membuat sekolah dan guru kebingungan.


Jika pendidikan adalah jembatan masa depan, maka jembatan itu harus kokoh di dua sisi: akar karakter dan adaptasi zaman.


Pendidikan Indonesia tidak boleh hanya berinovasi untuk kompetisi, tapi juga harus tetap mendidik untuk memanusiakan manusia.


#GP| Red |  Sumber Majalah Suara pendidikan.Id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JMSI

Pages

SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS