Dari Kelas ke Layar: Dakwah Digital Imamul Muttaqin Demi Menyapa Remaja yang Sudah 'Online' Sejak Dini - Go Parlement | Portal Berita
Logo%20GP
demo-image

Dari Kelas ke Layar: Dakwah Digital Imamul Muttaqin Demi Menyapa Remaja yang Sudah 'Online' Sejak Dini

Sabtu, Juni 21, 2025

 

1c

Pasaman Barat(SUMBAR).GP — Dakwah tidak bisa hanya berbicara kepada mereka yang datang ke masjid atau duduk di majelis taklim. Itulah kesadaran yang tumbuh dalam diri Imamul Muttaqin, S.Ag., penyuluh agama Islam dari KUA Kecamatan Gunung Tuleh, Kabupaten Pasaman Barat. Sejak aktif melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah dasar hingga menengah, ia menyadari bahwa tantangan dakwah masa kini tak lagi cukup dijawab dengan pendekatan konvensional.


"Anak-anak SD sudah punya media sosial. Sebagian dari mereka lebih kenal influencer daripada ustaz," tutur Imamul, yang lahir di Padang pada 30 Juli 1999 dan merupakan lulusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Imam Bonjol Padang.


Observasi itu bukan sekadar catatan ringan. Dari situlah muncul gagasan yang kini menjadi inovasi digital bertajuk DAWAI: Dakwah With AI — sebuah pendekatan dakwah kreatif yang memanfaatkan kekuatan kecerdasan buatan dan media sosial untuk menjangkau kalangan muda yang sudah sangat akrab dengan dunia digital.


Melalui akun Instagram @kuagunungtuleh, Imamul menghadirkan konten keislaman dalam format yang disukai Gen Z dan remaja: infografis menarik, komik strip inspiratif, video singkat penuh makna, hingga ilustrasi tentang kisah nabi, nilai-nilai moral, dan ajaran Al-Qur’an. Semua dirancang agar terasa dekat, ringan, namun tetap berisi.


Yang menarik, akun tersebut bukan hanya ditujukan untuk publik secara umum. Dalam setiap penyuluhan ke sekolah — baik tingkat SD, SMP, hingga SMA — Imamul menjadikan momen tatap muka itu sebagai ajang membangun relasi. Ia tidak hanya menyampaikan materi keagamaan, tapi juga mengajak para siswa untuk mengikuti akun dakwah digital yang ia kelola. Sebuah upaya jangka panjang agar dakwah tak berhenti di ruang kelas, tapi tetap hadir di layar gawai mereka sehari-hari.


“Saya ingin setelah penyuluhan selesai, penyampaian wawasan keagamaan tidak ikut selesai. Saya ingin tetap bisa hadir di ponsel mereka — di feed Instagram, di story, di reels — tempat di mana mereka menghabiskan waktu paling banyak,” ujarnya.


Imamul tak sedang membayangkan dakwah yang besar dan megah. Ia justru memulai dari hal sederhana: mendengarkan anak-anak serta remaja, memahami apa yang mereka lihat, dan berbicara dalam bahasa mereka. DAWAI adalah cermin dari itu semua — bahwa pengetahuan agama harus  mampu selalu relevan dan mengisi berbagai ruang.


Kini, melalui inovasi ini, Imamul mewakili Sumatera Barat dalam ajang nasional PAI Award 2025 kategori Metode Penyuluhan Baru. Ini adalah debutnya, dan langkah ini membuka ruang baru: bahwa penyuluh agama bisa menjadi kreator digital, pendidik yang adaptif, sekaligus sahabat spiritual di dunia maya.


“Anak-anak sekarang tidak bisa dicekoki. Mereka ingin diajak ngobrol, didengar, dan disapa dengan cara yang dekat. Di sinilah dakwah digital bekerja. Bukan menggantikan, tapi memperluas jangkauan kebaikan,” pungkasnya.***


# | Red


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JMSI

Pages

SELAMAT DATANG DI selamat+datang SEMOGA ANDA PUAS