Jenderal Tampan yang Melawan Arus: 7 Fakta Menakjubkan tentang Alex Kawilarang, Pendiri Kopassus - Go Parlement | Portal Berita

Jenderal Tampan yang Melawan Arus: 7 Fakta Menakjubkan tentang Alex Kawilarang, Pendiri Kopassus

Minggu, Oktober 26, 2025

 


GOPARLMENT.COM- Dalam sejarah panjang militer Indonesia, nama Alexander Evert Kawilarang atau Alex Kawilarang bersinar sebagai sosok legendaris yang gagah, berprinsip, dan berani menentang arus demi kebenaran. Ia bukan sekadar jenderal tampan dengan pesona khas perwira Eropa, tetapi juga pendiri satuan elite paling disegani di negeri ini Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Dikenal disiplin, tegas, dan memiliki dedikasi tinggi pada tanah air, kisah hidup Kawilarang penuh lika-liku: dari keturunan bangsawan militer, korban penyiksaan Jepang, hingga akhirnya menentang kekuasaan yang pernah ia bela.

Berikut 7 fakta menarik tentang sosok legendaris ini yang membentuk perjalanan luar biasa seorang patriot sejati.

1. Lahir dari Keluarga Militer Penuh Kehormatan

Alex Kawilarang lahir di Jatinegara, Jakarta, 23 Februari 1920, dari keluarga militer yang terpandang. Ayahnya, Mayor Alexander Herman Hermanus Kawilarang, adalah perwira KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) yang berasal dari Remboken, Sulawesi Utara.
Darah pejuang mengalir deras dalam dirinya ia juga merupakan sepupu Daan Mogot, pahlawan muda dan Direktur Akademi Militer Tangerang yang gugur dalam Pertempuran Lengkong tahun 1946. Dari keluarganya, Kawilarang mewarisi semangat keberanian dan kehormatan.

2. Ditempa oleh Pendidikan Eropa yang Keras dan Disiplin

Sejak kecil, Kawilarang sudah dididik dengan disiplin tinggi ala Eropa. Ia menempuh pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS), lalu melanjutkan ke Hoogere Burgerschool te Bandoeng.
Bakat militernya menonjol sejak muda. Pada tahun 1940, ia masuk Corps Opleiding Reserve Officeren (CORO), atau Korps Pendidikan Perwira Cadangan KNIL. Tak berhenti di sana, ia kemudian melanjutkan pendidikan militer di Koninklijk Militaire Academie (KMA) darurat di Bandung dan Garut. Di akademi ini, ia satu angkatan dengan tokoh besar seperti A.H. Nasution dan T.B. Simatupang cikal bakal trio perwira besar republik.

3. Disiksa Jepang, Menderita Cacat Seumur Hidup

Ketika Jepang menduduki Indonesia, nasib tragis menimpa Kawilarang. Karena berdarah Manado dan dianggap dekat dengan Belanda, ia ditangkap dan disiksa oleh tentara Jepang pada 1943–1944.
Siksaan brutal itu meninggalkan luka mendalam lengan kanannya cacat permanen, dan tubuhnya penuh bekas cambuk dan luka bakar. Namun, jiwanya tidak pernah patah. Bahkan, semangatnya semakin membara untuk melihat Indonesia merdeka.
Tragedi lain datang pada 1944, ketika ayahnya tewas di kapal Junyo Maru, kapal Jepang yang menenggelamkan ribuan tawanan perang.

4. Menduduki Jabatan Strategis Setelah Revolusi Nasional

Setelah Indonesia merdeka, Kawilarang segera menunjukkan kemampuannya di medan perang dan di meja komando. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Staf Resimen Infanteri Bogor Divisi II Jawa Barat, lalu naik menjadi Komandan Brigade II/Surya Kencana (1946).
Tak berhenti di situ, ia kemudian menjadi Gubernur Militer Aceh dan Sumatera Utara, sekaligus Wakil Koordinator Keamanan pada 1949.
Di usia yang baru menginjak 30 tahun, ia sudah dipercaya sebagai Panglima Operasi Pasukan Ekspedisi bukti ketajaman strategi dan kepemimpinannya yang luar biasa.

5. Pernah Memarahi Soeharto di Makassar

Salah satu kisah paling terkenal adalah ketika Alex Kawilarang menegur Letkol Soeharto (yang kelak menjadi Presiden RI ke-2).
Saat itu, Kawilarang menjabat sebagai Panglima TT VII/Indonesia Timur. Setelah melapor kepada Soekarno bahwa keadaan di Makassar aman, ternyata muncul laporan baru: pasukan KNIL Belanda sudah merebut kota tersebut karena pasukan pertahanan lari ke Lapangan Udara Mandai.
Marah besar, Kawilarang langsung ke lokasi dan menegur keras Soeharto, sang komandan Brigade Mataram.
Meskipun Kawilarang membantah pernah menyerangnya secara fisik, teguran itu disebut-sebut tak pernah dimaafkan oleh Soeharto, bahkan sampai Kawilarang wafat.

6. Pendiri Pasukan Elite Kopassus

Pada 1952, ketika menjabat sebagai Panglima TT III/Siliwangi, Kawilarang memiliki gagasan visioner: membentuk pasukan komando elite yang mampu bertempur di segala medan.
Dari sinilah lahir Kesatuan Komando Tentara Territorium III (Kesko TT) cikal bakal Kopassus.
Ia meminta Moch. Idjon Djanbi, mantan komando KNIL asal Belanda yang berpengalaman dalam Perang Dunia II, untuk melatih pasukan ini.
Di bawah kepemimpinannya, Korps Baret Merah tumbuh menjadi satuan paling tangguh dan ditakuti di Asia Tenggara.

7. Berbalik Arah: Bergabung dengan Pemberontakan Permesta

Meski pernah berada di puncak karier militer, jalan hidup Kawilarang berbelok tajam.
Pada 1958, ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai atase militer di Amerika Serikat dan kembali ke tanah air untuk bergabung dengan gerakan Permesta sebuah gerakan perlawanan terhadap pemerintah pusat.
Ironisnya, dalam pemberontakan itu ia harus berhadapan dengan Kopassus, pasukan elite yang ia bentuk sendiri.
Keputusan ini mengakhiri karier militernya di TNI, namun namanya tetap harum sebagai sosok yang setia pada prinsip dan kebenaran, bukan pada kekuasaan.

Alex Kawilarang bukan hanya seorang prajurit, tetapi juga simbol keteguhan dan idealisme seorang pejuang sejati. Ia mengajarkan bahwa kehormatan seorang perwira tidak diukur dari pangkat, melainkan dari keberanian untuk berdiri tegak membela keyakinannya, sekalipun harus menentang arus sejarah.

#GP | Sumber : Sindonews.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JMSI

Pages

SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS