Akhirnya Rismon Sianipar Akui Bukan Ijazah Jokowi yang Palsu tapi Foto Postingan Ijazah di Medsos - Go Parlement | Portal Berita
Logo%20GP
demo-image

Akhirnya Rismon Sianipar Akui Bukan Ijazah Jokowi yang Palsu tapi Foto Postingan Ijazah di Medsos

Senin, Juni 09, 2025

Akhirnya%20Rismon%20Sianipar%20Akui%20Bukan%20Ijazah%20Jokowi%20yang%20Palsu%20tapi%20Foto%20Postingan%20Ijazah%20di%20Medsos

IJAZAH JOKOWI - Kolase foto Josua Sinambela (kiri) dan Roy Suryo (kanan). Josua blak-blakan sebut kesimpulan Roy Suryo Cs terkait ijazah Jokowi prematur. (kolase youtube)


Padang(SUMBAR).GP- Akhirnya ahli digital forensik, Rismon Sianipar mengakui bukan ijazah Jokowi yang palsu, tapi foto ijazah Jokowi yang diposting di media sosial. 


Pengakuan Rismon Sianipar diucapkan setelah dia dicecar pakar psikologi forensik Reza Indragiri dalam sebuah podcast.   


Awalnya, Reza mempertanyakan kesimpulan Rismon tentang ijazah Jokowi, sementara dia belum pernah memegang ijazah aslinya.


"Kesimpulannya ijazah itu palsu ? bagaimana mungkin bisa sampai simpulan ijazah palsu. Bang Rismon sendiri mengakui kan bang Rismon tidak pernah memegang ijazah Jokowi kan," tanya Reza.


Rismon lantas membeberkan niatnya hanyalah untuk memberi edukasi pada masyarakat.


"Saya ingin mengedukasi publik bahwa apa yang diklaim di medsos Dian Sandi ini ijazah Jokowi asli, fotonya ini, ya saya bantah," katanya.


Dirinya pun tetap pada pendiriannya, yakni dalam pengujian lewat aplikasi menyatakan bahwa foto ijazah Jokowi postingan Dian Sandi adalah palsu.


"Bahwa berdasarkan ELA itu banyak sekali potensial edit. Terutama copypaste, sebaran dari kompresinya itu tidak seragam, maka itu potensial edit sangat tinggi. Bahkan saya uji hampir 70 persen, lewat 50 persen maka kita harus menyimpulkan itu cenderung fake," katanya.


Reza Indragiri mengatakan kesimpulannya berarti bukan ijazah Jokowi yang palsu, melainkan foto postingan Dian Sandi.


"Mungkin akan aman kalau kalimat bang Rismon bukan ijazah Jokowi palsu. Kalimatnya begini ijazah Jokowi yang diperlihatkan oleh Dian Sandi itu palsu. Nah itu baru mungkin," kata Reza Indragiri.


Sementara itu, Rismon mengakui bahwa selama ini yang palsu bukan ijazah Jokowi, melainkan foto postingan.


"Memang itu kan, kan selalu dalam apa, ijazah Jokowi yang diklaim asli oleh Dian Sandi kita harus jawab, lewat apa ? Ya bukan lewat subjektif oh itu palsu. Ada tools, error level analisis, mendeteksi sebaran kompresi dari citra digital itu. Dan memang banyak sekali terdeteksi itu hasil editan," kata Rismon.


"Kalau polisi punya ahli kan pasti juga mendeteksi yang sama. Jadi itu menjawab yang di media sosial kita harus hati-hati, siapapun mengatakan itu klaim ya sudah kita uji," tambahnya.


Dalam kesempatan sama, Ahli Digital Forensik dan Pakar IT, Josua M Sinambela menerangkan objek penelitian tidak bisa barang fisik lalu difoto dan foto tersebut yang diuji.


"Pemeriksaan digital forensik hanya bisa dilkukan pada dokument atau data digital. Misal ada foto kemudian anda foto jadi digital kemudian anda analisi ELA dan lainnya, itu tidak berdasar. Tidak bisa dilakukan analisis terhadap ini, terutama masalah keaslian," katanya.


"Misalnya ijazah terus difoto kemudian dianalisis dan itu membuktikan bahwa ini palsu atau tidak," tambah Josua.


Menurutnya foto tersebut hanya bisa digunakan sebagai petunjuk.


"Foto yang bisa kita gunakan hanya untuk melihat petunjuk siapa yang mengeluarkan ijazah tersebut, tanggal berapa, siapa yang tandatangan, ada capnya atau tidak. Nanti bisa dibandingkan ijazah Jokowi atau Rismon misalkan. Ijazah Rismon sama gak dengan. Kita gak bisa melakukan analisis yang berbau digital forensik karena dokumennya," kata Josua.


Sebelumnya, Josua Sinambela juga mengklaim dokumen berupa foto dan video skripsi Jokowi yang menjadi bahan analisis Rismon Sianipar ternyata miliknya. 


Dokumen tersebut sempat dikirim Josua kepada Rismon lewat WhatsApp saat berupaya mengajak diskusi dan meluruskan hasil analisis Rismon yang keliru. 


Namun sayangnya, kata Josua, dokumen itu justru dimanfaatkan Rismon untuk menguatkan asumsi-asumsi liar bahwa skripsi dan ijazah Jokowi palsu. 


"Video dan foto inilah yang disalahgunakan dia untuk menguatkan asumsi-asumsinya," ujar Josua seraya menunjukkan bukti kiriman foto dan video skripsi Jokowi kepada Rismon.


Menurut Josua skripsi Jokowi yang dikritisi Rismon Sianipar sebenarnya memiliki kesesuaian dengan skripsi milik mahasiswa lain angkatan 1985 di Fakultas Kehutanan UGM.


Kesimpulan itu dia peroleh berdasar hasil pengecekan langsung terhadap skripsi Jokowi dan teman seangkatannya yang diperoleh dari perpustakaan UGM.


“Kalau pakai logika Rismon, berarti skripsi mahasiswa lain juga palsu dong? Padahal faktanya, dulu tanda tangan tidak menjadi syarat yudisium, dan banyak mahasiswa hanya mencetak skripsi formal untuk keperluan wisuda, bukan sebagai bukti utama kelulusan,” ungkap Josua.


Josua juga menyoroti pendekatan metodologis Rismon yang dinilai tidak sesuai standar kajian ilmiah.


“Dia bilang sudah melakukan penelitian, tapi bahan analisisnya malah dari foto dan video yang saya kirimkan. Peneliti mana yang pakai data orang lain tanpa verifikasi langsung?"ujarnya.


Selain itu, Josua juga membeberkan bukti bahwa font Times New Roman yang dijadikan salah satu landasan Rismon menuding skripsi Jokowi palsu itu sebenarnya juga digunakan dalam skripsi teman-teman Jokowi lainnya di angkatan 1985.


Kesesuaian lainnya, menurut Josua, skripsi Jokowi dan teman seangkatannya itu juga dijilid di tempat percetakan yang sama bernama Perdana. 


Skripsi yang dijilidkan di percetakan Perdana itu, kata dia, menggunakan font yang sama pada halaman depan atau judul hingga halaman pengesahan. Sedang isi skripsi semua menggunakan mesin tik. 


"Dia (Rismon) nggak punya kesempatan untuk mendokumentasi seperti yang saya lakukan,"ujarnya.


Tak hanya meragukan hasil analisisnya terkait skripsi dan ijazah Jokowi, Josua juga turut meragukan keahlian Rismon yang mengklaim sebagai ahli digital forensik. 


Sebab sepengetahuan dia, Rismon juga baru ditunjuk sebagai ahli dalam sebuah persidangan oleh pihak kuasa hukum. Salah satunya terkait kasus Vina Cirebon.


"Yang menarik sebenarnya teman-teman dari Vina itu lebih dahulu menghubungi saya sebelum Rismon. Artinya sebenarnya mereka juga lebih percaya saya. Tapi saya tolak," katanya.


Menurut penelusuran SURYA.co.id, Josua M. Sinambela merupakan pendiri dan CEO dari RootBrain IT Security Training & Consulting serta PT Analis Forensik Digital (ForensikDigital.com).


Dengan pengalaman lebih dari 18 tahun di bidang infrastruktur jaringan dan keamanan sistem informasi, Josua telah memberikan kontribusi signifikan dalam berbagai proyek dan pelatihan di sektor korporat, akademik, dan pemerintahan.


Josua menyelesaikan pendidikan sarjana dan magister di bidang Teknik Elektro – Sistem Komputer dan Informatika dari Universitas Gadjah Mada (UGM).


Ia juga memegang berbagai sertifikasi profesional internasional, termasuk:


  • Certified Ethical Hacker (CEH)
  • Certified Hacking Forensic Investigator (CHFI)
  • EC-Council Certified Security Analyst (ECSA)
  • Licensed Penetration Tester (LPT)
  • AccessData Certified Examiner (ACE)
  • CompTIA Advanced Security Practitioner (CASP+)
  • CompTIA Cybersecurity Analyst (CySA+)
  • CompTIA PenTest+
  • Cisco Certified Network Associate (CCNA)
  • Cisco Certified Network Professional (CCNP)

Sebelum mendirikan perusahaan sendiri, Josua pernah menjabat sebagai Kepala Unit Sistem dan Teknologi Informasi di UGM serta menjadi dosen di Program Magister Teknologi Informasi UGM.


Ia juga aktif sebagai konsultan dan auditor di berbagai perusahaan BUMN dan swasta, termasuk PT PLN, PT Pertamina, dan PT Indonesia Power.


Keahliannya mencakup berbagai aspek teknologi informasi, seperti keamanan jaringan, forensik digital, dan pengembangan kebijakan TI.


Josua dikenal publik setelah terlibat dalam investigasi dugaan ijazah palsu milik Rismon Sianipar, yang mengklaim memiliki gelar S2 dan S3 dari Universitas Yamaguchi, Jepang.


Melalui analisis forensik digital, Josua menemukan bahwa universitas tersebut tidak pernah menerbitkan ijazah atas nama Rismon, yang kemudian menjadi sorotan media nasional.


Lalu, siapakah Rismon Sianipar? 


Melansir dari Wikipedia, Rismon Hasiholan Sianipar lahir 25 April 1977.


Ia adalah seorang akademisi, peneliti, dan pengembang perangkat lunak asal Indonesia yang dikenal luas dalam bidang keamanan multimedia, pemrosesan sinyal/citra/video digital, kriptografi, komunikasi digital, forensik multimedia, serta kompresi dan pengkodean data.


Ia juga dikenal sebagai aktivis, dan aktif sebagai penulis buku dan pembimbing akademik di berbagai institusi pendidikan tinggi.


Setelah menyelesaikan pendidikan menengah di SMA Negeri 3 Pematangsiantar, Rismon melanjutkan studi di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan meraih gelar Sarjana Teknik (S.T.) pada tahun 1998 serta Magister Teknik (M.T.) pada tahun 2001 di bidang Teknik Elektro.


Penelitiannya saat itu difokuskan pada analisis sinyal tak-stasioner menggunakan transformasi wavelet diskret untuk pemetaan energi pada domain waktu-frekuensi.


Baca juga: Berapa Umur Kasmudjo Dosen Pembimbing Jokowi? Disorot Imbas Digugat Soal Ijazah, Ini Pengakuannya


Pada tahun 2003, ia memperoleh beasiswa Monbukagakusho dari Pemerintah Jepang dan melanjutkan studi di Universitas Yamaguchi.


Di bawah bimbingan Prof. Dr. Hidetoshi Miike, ia meraih gelar Master of Engineering (M.Eng.) pada tahun 2005 dan Doctor of Engineering (Dr.Eng.) pada tahun 2008. 


Disertasinya menggabungkan metode tapis non-linear FitzHugh-Nagumo dengan kriptografi kurva eliptik (ECC) untuk meningkatkan keamanan dan otentikasi data digital.


Setelah menyelesaikan studi doktoralnya, ia aktif dalam penelitian dan pengembangan di bidang kriptografi, kriptanalisis, dan forensik digital, bekerja sama dengan berbagai universitas dan lembaga riset di Jepang.


Ia memiliki pengalaman dalam melakukan analisis kriptografi terhadap data intelijen dan telah mematenkan beberapa inovasi di Jepang, termasuk metode pemrosesan citra berbasis reaksi-difusi.


Ia dikenal sebagai dosen di Universitas Mataram dan aktif mengembangkan perangkat lunak berbasis MATLAB, Visual Basic .NET, C#, dan Java untuk keperluan laboratorium, riset, dan pengajaran di bidang pemrosesan sinyal dan citra digital.


Salah satu proyeknya adalah GUI Pemrosesan Sinyal, Citra, dan Video Digital, yang dirancang sebagai alat bantu laboratorium dan riset.


Selain aktif menulis, ia secara konsisten membangun kemitraan riset dengan berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian di Jepang, khususnya dalam bidang kriptografi, kriptanalisis, serta forensik digital untuk audio, citra, dan video.


Pengalamannya mencakup praktik kriptanalisis terhadap data intelijen dalam berbagai proyek penelitian di Jepang.


Ia juga telah mengantongi sejumlah paten di negara tersebut, serta menghasilkan banyak publikasi ilmiah di tingkat nasional dan internasional, termasuk puluhan buku yang telah diterbitkan secara nasional.



#GP | Sumber: SURYA.co.id/www.msn.com | Red

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JMSI

Pages

SELAMAT DATANG DI selamat+datang SEMOGA ANDA PUAS